Senin, 15 Februari 2010

surganya gerobaknya

Gerobak itu rumahnya.

Seorang bapak tua dengan anaknya yang masih usia sekolah berjalan lantang mengelilingi rumah-rumah besar nan angkuh di Menteng sana.

Dia, sang kepala keluarga yang tak punya tempat singggah terpaksa memanfaatkan rimbunnya daun-daun di sekitaran Taman Suropati dan Kedubes Amerika hanya sekedar mencari nafas dan melupakan peluhnya.

Dunia memang punya ceritanya sendiri. Rumah-rumah tua nan angkuh hanya jadi saksi bisu para, maaf, gelandangan, yang hidup sepanjang jalanan jakarta.

Hari ini, sang bapak dan kedua anaknya yang masih berusia sekolah menyusuri rezeki di tempat dimana limbahan manusia terhormat melupakan apa yang telah mereka pakai atau makan.

Tak terbayang sehat, higienis atau bersih. 

Kata-kata itu mungkin juga tak pernah singgap di pikiran sang bapak. Anaknya yang beranjak dewasa mungkin hanya tahu bagaimana supaya mereka bisa bermain dan perutnya terisi.

Saya masih tak habis pikir bagaimana menikmati hidup dalam kotak kecil beroda dua, ditutup terpal dengan beberapa nyawa di dalamnya.

Padahal rumah 350 juta yang akan saya tempati pun masih juga dirasa banyak kekurangannya.

Aaaahh..., dunia memang selalu punya cerita.

Salut buat bapak dengan keluarga gerobaknya.

Semoga kotak lusuh dan terpal bekas itu nanti jadi saksi, bahwa seorang ayah telah menafkahi keluarganya dengan keringatnya sendiri, dengan kebersamaan keluarga yang begitu mereka nikmati.

rumahku surgaku....eh, ini untuk saya yang punya rumah harganya ratusan juta.

Gerobak si bapak sepertinya jauh lebih pantas untuk dibawa ke dalam Surga.

habis imlek tahun macan logam

malam hari

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar